TAMAN UJUNG SOEKASADA - KARANGASEM
Perjalanan kali ini menuju Bali bagian agak pinggir. Mencoba alternatif wisata selain pantai dan air terjun. Tempat yang bisa memberi edukasi tentang sejarah dan gambaran masa lalu kerajaan Bali. Ini adalah bagian kecil dari ragamnya adat dan budaya yang masih bertahan sampai saat ini.
Selain memiliki banyak Pura (tempat ibadah umat Hindhu) dan bangunan rumah dengan bentuk arsitektur yang unik dan sangat berciri khas, ternyata di sudut pulau Bali juga menyimpan istana yang cukup luas dengan gaya arsitektur gaya Belanda jaman dulu.
Inilah Taman Soekasada atau yang sering juga disebut Taman Ujung.
Terletak di Kabupaten Karangasem - Bali, tempat ini tidak sulit untuk ditemukan. Jika perjalanan kalian dimulai dari kota Denpasar akan memakan waktu kurang lebih 1,5 jam sampai 2 jam. Lagi-lagi tidak ada transportasi umum yang bisa menjangkau ke Taman Ujung. Kalian harus memakai kendaraan pribadi, kalau tidak ya menyewa motor. Tidak perlu takut teresat karena rute yang dilalui adalah jalan raya utama. Ikuti aja link maps ini →Maps Taman Ujung
Cukup membayar htm 15k/orang untuk wisatawan lokal dan bagi wisatawan asing 30k/orang. Harga yang terbilang mahal karena didalam nanti tidak ada fasiltas yang spesial. Hanya ada taman bunga, kolam yang cukup besar berisi ikan, dan tentunya "istana kecil" ini.
Jangan salah sangka dulu, keunggulan Taman Ujung ini terletak dari spot foto. Karena tempat ini cukup sering digunakan untuk sesi foto prewedding. Mulai dari tamu lokal sampai bule juga cukup banyak yang menjadikan tempat ini sebagai tema di hari bahagia mereka.
Karena bagi pencinta fotografi sudut-sudut tempat ini bisa dijadikan spot yang kece untuk dipamerkan ke teman komunitas atau sekedar untuk koleksi di sosial media. Silahkan kalau mau mengasah keterampilan kalian dibidang fotografi dengan tema yang berbeda. Taman Ujung Soekasada sangat di rekomendasikan buat teman-teman fotografer.
Taman ini termasuk sepi jika dibandingkan dengan tempat wisata andalan Bali seperti pantai Kuta, pantai Sanur, atau pantai Pandawa. Tapi di beberapa kesempatan Taman Ujung sering juga dijadikan tempat hangout atau acara kumpul-kumpul dengan skala kecil dari perkantoran setempat dan sekitarnya.
Yang perlu dipersiapkan adalah busana dan tabir surya, jujur saja Taman Ujung terkenal cukup panas. Apalagi jika kalian datang saat siang hari, panas yang cukup menyengat. Usahakan sampai disini antara jam 8 pagi atau jam 4 sore.
Pengelolaan Taman Ujung dari hari ke hari makin berkembang, mulai sudah ada lahan parkir yang lebih luas, di area parkir sudah ada warung-warung makanan, dan yang paling keren adalah kebersihannya sangat di jaga dengan konsisten. Tempat sampah banyak disediakan bagian dalam dan luar objek wisata, petugas kebersihanpun selalu siaga. Karena hal ini htm tadi yang terbilang mahal akan ter-ralat secara otomatis jika melihat kebersihan tempat ini.
Ini bisa menjadi contoh bagi pengelolal objek wisata lainnya. Setuju atau tidak, kebersihan menjadi nilai penting dari tempat wisata, sebagus apapaun tempat wisata kalau kebersiahan tidak dijaga dengan baik akan mengurangi nilai tempat itu sendiri, baik dari segi estetika ataupun dari pengalaman yang di dapat oleh para pengunjung. Bisa saja berakibat fatal jika pengalaman si pengunjung ke tempat wisata yang bagus tapi jorok, dia tidak akan kesitu lagi dan lebih buruknya jika dia menceritakan pengalaman tidak enaknya ke teman-temanya atau ke sosial media pribadinya.
Kadang hal sepele yang sering di abaikan bisa menjadi fatal yang berdampak buruk. Lalu apa peran kita sebagai pengunjung? Selain ikut menjaga kebersihan kita juga wajib KRITIS dengan cara yang benar. Kita bisa sampaikan pendapat atau saran ke pengelola tempat wisata tentang apa yang harus diperbaiki atau ditingkatkan. Banyak caranya, bisa kita utarakan secara langsung, bisa juga me-review atau memberi ulasan di banyak platform yang di sediakan, contohnya di GoogleMaps.
Gak perlu takut atau sungkan, utarakan ide, saran, atau kritikan ke pengelola dengan bahasa yang santun, mereka akan senang hati akan menerima. Itulah cara yang lebih bijak dan pintar sebagai bentuk kepedulian kita akan tempat wisata. Secara tidak langsung kita ikut membangun tempat wisata tersebut dan kita ikut ambil andil dalam perkembangannya. Itu yang disebut rasa ikut memiliki, kalau bukan kita terus siapa lagi? Jangan jadi bodoh ketika tempat wisata yang terabaikan gara-gara tidak terkelola dengan baik suatu saat diambil alih "pihak lain" dan kita hanya menyesal ketika sudah kehilangan. Seperti anak tiri di negeri sendiri yang cuma bisa ngoceh gak jelas dan asal menyalahkan pengelola dan petugas.
"hal kecil yang kita lakukan hari ini, baik atau buruk akan berimbas besar pada hari esok"
Comments
Post a Comment