Sudut "ANGKER " Gili Trawangan - LOMBOK Part 3
Sabtu, 16 Juli 2016
Ceritanya sudah mandi (di Indomaret) dan sudah makan, tinggal menentukan kemana tujuan selanjutnya. Jam mulai beranjak sore, dan kami memutuskan untuk ke Pelabuhan Bangsal untuk menentukan kemana tujuan selanjutnya.
Bagi kalian yang ketinggalan cerita sebelumnya, klik aja link dibawah ini
Tiba di pelabuhan Bangsal sekitar pukul 4 sore, waktu itu pelabuhan cukup ramai. Di loket tiket kami sempat bingung memilih antara Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Setelah perdebatan yang tidak alot, kita memutuskan ke Gili Trawangan.
Saat itu sebenarnya ingin sekali melacong ke semua gili itu, selain jaraknya yang berdekatan harga tiket kapalnya juga sangat terjangkau bagi wisatawan domestik. Ada perbedaan harga tiket yang cukup jauh antara wisatawan lokal dan mancanegara.
Ini adalah contoh tiket yang sama pada saat tim MasBay kesana. Sudah 4 tahun berlalu kemungkinan akan ada perubahan dari segi fisik tiket dan untuk harga tiketnya sendiripun belum berubah, setidaknya sampai artikel ini ditulis ya.
Info terbarunya adalah pelabuhan ini masih ditutup karena pandemi corona dan belum dapat dipastikan kapan akan dibuka kembali untuk umum. Bisa saja akan ada perubahan harga tiket setelah wabah corona ini selesai.
Jika kalian membawa motor, ada beberapa lahan pakir yang sudah disiapkan. Umumnya adalah rumah warga setempat yang disulap menjadi tempat parkir motor. Aman kok, tapi tetap waspada dan jangan sampai meninggalkan barang berharga di bagasi motor.
Simpan tiket penitipan motor ini baik-baik, jangan sampai hilang kalau gak mau ribet nanti saat pengambilan motor. Harga penitipannya pun relatif murah, Rp 10.000/motor per hari.
Pelabuhan ini juga tidak beroperasi 24 jam, jadi pastikan kalian yang ingin ke Gili sudah tiba di pelabuhan Bangsal ini sebelum jam 5 sore. Kecuali kalau kantong kalian tebal, kalian bisa mencari nahkoda kapal yang memang stand by di dermaga mencari ceperan.
Info yang MasBay dapat saat itu, kalian bisa menyeberang ke gili dengan membayar Rp 150.000/orang untuk sekali jalan. Harga akan berubah menjadi Rp 200.000/orang dari gili Trawangan kembali ke pelabuhan Bangsal.
Entah ini legal atau tidak yang jelas lebih baik kalian ikuti jadwal yang ada jika tidak ingin membayar lebih mahal. Tapi untuk harga tiket di jam operasional akan berlaku tarif yang sama baik dari Bangsal ke Gili ataupun sebaliknya.
Waktu tempuh sekitar 15 menit kita sudah tiba di Gili Trawangan. Sekedar saran saat naik kapal, lebih baik pakai sandal jepit atau nyeker juga lebih asik dan pakai celana pendek. Kadang ada nahkoda yang iseng menurunkan penumpang tidak sampai dibibir pantai. Tinggi air masih se-lutut orang dewasa kita sudah diminta turun.
Ketika sudah tiba kita akan langsung disambut tulisan iconic Gili Trawangan. Harus antri kalau mau berfoto, maklum saja tempat ini sangat ramai karena wisatawan yang datang dan yang sedang menunggu kapal semua tumpah ruah disini.
Gili Trawangan adalah gili terbesar diatara 2 gili lainnya. Tapi tetap saja termasuk pulau yang kecil. Jangan salah sangka dulu, kecil-kecil cabe rawit. Saat sore hari terkesan biasa aja, kita bisa mengitari pulau ini dulu dengan sepeda, sejauh mata memandang hampir setiap toko menyewakan sepeda. tapi bukan sepeda motor. Gili trawangan bebas dari polusi knalpot.
Kualitas udara disini sangat bagus, sejuk dan segar. Kalau tidak mau capek gowes kalian masih punya alternatif dengan naik cidomo (andong/delman). Sekilas memang mirip, bedanya terletak pada ban yang digunakan. Cidomo menggunakan ban bekas mobil bukan ban kayu seperti delman yang ada di Jawa.
Tim MasBay memilih opsi ke 3 untuk mengitari gili Trawangan, jalan kaki. hehehe...
Supaya lebih sehat dan bisa lebih menikmati kearifan lokal yang ada,
tapi boong, hiya hiya hiya...
Alasan mendasar ya tentu saja uang. Sebenarnya uang yang ada masih cukup untuk naik cidomo atau sekedar menyewa sepeda, tapi kami lebih memilih menghabiskan uang nanti untuk beli oleh-oleh. Belum lagi tiba-tiba teringat akan galaknya harga makanan di kapal ketika besok akan kembali ke Bali.
2 jam kita berjalan kaki, sering berhenti untuk memotret. Ketika akan sampai tiba di titik awal, suasana sudah mulai berubah. Bar dan Cafe sudah mulai menyalakan lampu dan musik. Para bule yang menginap sudah mulai memadati jalanan dan mulai memilih untuk nongkrong dimana.
Semakin malam semakin ramai, suasananya sangat mirip dengan pusat keramaian yang ada di seputaran Legian, Kuta dan Seminyak di Bali. Untuk wisatawan lokal jangan terlalu kawatir, masih ada juga restaurant yang cocok untuk kalian, Buat lambung-lambung misqueen juga gak perlu takut, tepat di belakang tempat pembelian tiket ada semacam pasar malam yang menjual berbagai makanan dan jajanan ringan yang murah.
Ada jagung bakar, pecel, nasi bungkus yang harganya mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 15.000 dan masih banyak lagi. Habis makan kalau tenggorokan seret juga ada yang jual es teh, es jeruk, pop ice yang harganya masih normal.
Jangan beli makanan yang pedas kalau kalian tidak mau b-a-b di tempat ini. Hanya ada 1 toilet umum yang letaknya tepat disbelah tempat penjualan tiket.
Bukannya gimana-gimana, toilet umumnya pada saat itu adalah tempat paling "angker " . Bahkan kalau diingat lagi akan menjadi mimpi buruk. Kalian tidak akan sanggup menghadapi kenyataan yang ada jika masuk ke toilet itu.
Apa yang kalian takutkan dari wc umum? Bau tidak sedap, sampah berceceran atau ada kecoa terbang?
Bagaimana kalau itu semua digabungkan dan ditambah dengan ruang toilet yang terkesan seperti ada tragedi ledakan sepiteng?? Tidak bisa dijelaskan bagaimana tinja bisa ada di plafon langit-langit dan dinding menempel dan mengering.
Bagi para traveler ini akan menjadi benar-benar seram ketika menemui toilet umum seperti ini. Masalahnya adalah bisa saja terbayang kapanpun dan dimanapun, bahkan di saat yang tidak tepat.
Apakah dari kalian pernah terbayang sebelumnya akan melihat tai manusia yang memenuhi ruang toilet sampai mengering. Bau busuk yang belum pernah tercium sebelumnya. Ini berat, Dilan pun tidak akan kuat.
NB : silahkan muntah kalau kalian terbayang
Ini yang tidak habis pikir, ditempat yang seindah dan segemerlap ini ada fasilitas umum yang seharusnya terawat dengan sangat baik malah jadi se "horor" ini. Kalau memang tidak bisa digunakan harusnya diberi tanda atau kalau perlu di kunci permanen.
Sengaja tidak mengambil foto dari luar apalgi dari dalam, karena sudah mual dan gak sanggup lagi. Langsung pindah tempat dan nongkrong di pinggir pantai
Jangankan bule, siapa saja yang nekat masuk ke toilet itu akan dihantui hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Inilah yang harus kita semua perhatikan, terutama pengelola tempat wisata. Mereka harus menyediakan fasilitas umum yang memadai dan layak digunakan. Kita sebagai wisatawan harus ikut menjaga kebersihan yang ada.
Tidak perlu dijabarkan lebih jauh lagi, sudah banyak "orang pintar" di industri pariwisata yang harusnya bisa lebih bijak dan bertanggung jawab dalam setiap pengembangan tempat wisata.
Ini menjadi seri penutup dari tamsya patas edisi Lombok kali ini. Karena setelah dari Gili Trawangan kami memutuskan langsung pulang ke Bali.
Terimkasih untuk Mas Mul dan Om Bim yang sudah menjadi teman perjalanan kali ini. Kalian warbyasah..
Ceritanya sudah mandi (di Indomaret) dan sudah makan, tinggal menentukan kemana tujuan selanjutnya. Jam mulai beranjak sore, dan kami memutuskan untuk ke Pelabuhan Bangsal untuk menentukan kemana tujuan selanjutnya.
Bagi kalian yang ketinggalan cerita sebelumnya, klik aja link dibawah ini
Tiba di pelabuhan Bangsal sekitar pukul 4 sore, waktu itu pelabuhan cukup ramai. Di loket tiket kami sempat bingung memilih antara Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Setelah perdebatan yang tidak alot, kita memutuskan ke Gili Trawangan.
Saat itu sebenarnya ingin sekali melacong ke semua gili itu, selain jaraknya yang berdekatan harga tiket kapalnya juga sangat terjangkau bagi wisatawan domestik. Ada perbedaan harga tiket yang cukup jauh antara wisatawan lokal dan mancanegara.
Ini adalah contoh tiket yang sama pada saat tim MasBay kesana. Sudah 4 tahun berlalu kemungkinan akan ada perubahan dari segi fisik tiket dan untuk harga tiketnya sendiripun belum berubah, setidaknya sampai artikel ini ditulis ya.
Pict by Gadizalombok.com
Info terbarunya adalah pelabuhan ini masih ditutup karena pandemi corona dan belum dapat dipastikan kapan akan dibuka kembali untuk umum. Bisa saja akan ada perubahan harga tiket setelah wabah corona ini selesai.
Jika kalian membawa motor, ada beberapa lahan pakir yang sudah disiapkan. Umumnya adalah rumah warga setempat yang disulap menjadi tempat parkir motor. Aman kok, tapi tetap waspada dan jangan sampai meninggalkan barang berharga di bagasi motor.
Simpan tiket penitipan motor ini baik-baik, jangan sampai hilang kalau gak mau ribet nanti saat pengambilan motor. Harga penitipannya pun relatif murah, Rp 10.000/motor per hari.
Pelabuhan ini juga tidak beroperasi 24 jam, jadi pastikan kalian yang ingin ke Gili sudah tiba di pelabuhan Bangsal ini sebelum jam 5 sore. Kecuali kalau kantong kalian tebal, kalian bisa mencari nahkoda kapal yang memang stand by di dermaga mencari ceperan.
Info yang MasBay dapat saat itu, kalian bisa menyeberang ke gili dengan membayar Rp 150.000/orang untuk sekali jalan. Harga akan berubah menjadi Rp 200.000/orang dari gili Trawangan kembali ke pelabuhan Bangsal.
Entah ini legal atau tidak yang jelas lebih baik kalian ikuti jadwal yang ada jika tidak ingin membayar lebih mahal. Tapi untuk harga tiket di jam operasional akan berlaku tarif yang sama baik dari Bangsal ke Gili ataupun sebaliknya.
Waktu tempuh sekitar 15 menit kita sudah tiba di Gili Trawangan. Sekedar saran saat naik kapal, lebih baik pakai sandal jepit atau nyeker juga lebih asik dan pakai celana pendek. Kadang ada nahkoda yang iseng menurunkan penumpang tidak sampai dibibir pantai. Tinggi air masih se-lutut orang dewasa kita sudah diminta turun.
Gili Trawangan adalah gili terbesar diatara 2 gili lainnya. Tapi tetap saja termasuk pulau yang kecil. Jangan salah sangka dulu, kecil-kecil cabe rawit. Saat sore hari terkesan biasa aja, kita bisa mengitari pulau ini dulu dengan sepeda, sejauh mata memandang hampir setiap toko menyewakan sepeda. tapi bukan sepeda motor. Gili trawangan bebas dari polusi knalpot.
Kualitas udara disini sangat bagus, sejuk dan segar. Kalau tidak mau capek gowes kalian masih punya alternatif dengan naik cidomo (andong/delman). Sekilas memang mirip, bedanya terletak pada ban yang digunakan. Cidomo menggunakan ban bekas mobil bukan ban kayu seperti delman yang ada di Jawa.
Tim MasBay memilih opsi ke 3 untuk mengitari gili Trawangan, jalan kaki. hehehe...
Supaya lebih sehat dan bisa lebih menikmati kearifan lokal yang ada,
tapi boong, hiya hiya hiya...
Alasan mendasar ya tentu saja uang. Sebenarnya uang yang ada masih cukup untuk naik cidomo atau sekedar menyewa sepeda, tapi kami lebih memilih menghabiskan uang nanti untuk beli oleh-oleh. Belum lagi tiba-tiba teringat akan galaknya harga makanan di kapal ketika besok akan kembali ke Bali.
2 jam kita berjalan kaki, sering berhenti untuk memotret. Ketika akan sampai tiba di titik awal, suasana sudah mulai berubah. Bar dan Cafe sudah mulai menyalakan lampu dan musik. Para bule yang menginap sudah mulai memadati jalanan dan mulai memilih untuk nongkrong dimana.
Semakin malam semakin ramai, suasananya sangat mirip dengan pusat keramaian yang ada di seputaran Legian, Kuta dan Seminyak di Bali. Untuk wisatawan lokal jangan terlalu kawatir, masih ada juga restaurant yang cocok untuk kalian, Buat lambung-lambung misqueen juga gak perlu takut, tepat di belakang tempat pembelian tiket ada semacam pasar malam yang menjual berbagai makanan dan jajanan ringan yang murah.
Ada jagung bakar, pecel, nasi bungkus yang harganya mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 15.000 dan masih banyak lagi. Habis makan kalau tenggorokan seret juga ada yang jual es teh, es jeruk, pop ice yang harganya masih normal.
Jangan beli makanan yang pedas kalau kalian tidak mau b-a-b di tempat ini. Hanya ada 1 toilet umum yang letaknya tepat disbelah tempat penjualan tiket.
Bukannya gimana-gimana, toilet umumnya pada saat itu adalah tempat paling "angker " . Bahkan kalau diingat lagi akan menjadi mimpi buruk. Kalian tidak akan sanggup menghadapi kenyataan yang ada jika masuk ke toilet itu.
Apa yang kalian takutkan dari wc umum? Bau tidak sedap, sampah berceceran atau ada kecoa terbang?
Bagaimana kalau itu semua digabungkan dan ditambah dengan ruang toilet yang terkesan seperti ada tragedi ledakan sepiteng?? Tidak bisa dijelaskan bagaimana tinja bisa ada di plafon langit-langit dan dinding menempel dan mengering.
Bagi para traveler ini akan menjadi benar-benar seram ketika menemui toilet umum seperti ini. Masalahnya adalah bisa saja terbayang kapanpun dan dimanapun, bahkan di saat yang tidak tepat.
Apakah dari kalian pernah terbayang sebelumnya akan melihat tai manusia yang memenuhi ruang toilet sampai mengering. Bau busuk yang belum pernah tercium sebelumnya. Ini berat, Dilan pun tidak akan kuat.
NB : silahkan muntah kalau kalian terbayang
Ini yang tidak habis pikir, ditempat yang seindah dan segemerlap ini ada fasilitas umum yang seharusnya terawat dengan sangat baik malah jadi se "horor" ini. Kalau memang tidak bisa digunakan harusnya diberi tanda atau kalau perlu di kunci permanen.
Sengaja tidak mengambil foto dari luar apalgi dari dalam, karena sudah mual dan gak sanggup lagi. Langsung pindah tempat dan nongkrong di pinggir pantai
Jangankan bule, siapa saja yang nekat masuk ke toilet itu akan dihantui hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Inilah yang harus kita semua perhatikan, terutama pengelola tempat wisata. Mereka harus menyediakan fasilitas umum yang memadai dan layak digunakan. Kita sebagai wisatawan harus ikut menjaga kebersihan yang ada.
Tidak perlu dijabarkan lebih jauh lagi, sudah banyak "orang pintar" di industri pariwisata yang harusnya bisa lebih bijak dan bertanggung jawab dalam setiap pengembangan tempat wisata.
Ini menjadi seri penutup dari tamsya patas edisi Lombok kali ini. Karena setelah dari Gili Trawangan kami memutuskan langsung pulang ke Bali.
Terimkasih untuk Mas Mul dan Om Bim yang sudah menjadi teman perjalanan kali ini. Kalian warbyasah..
Comments
Post a Comment